BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Konsumsi gizi yang baik merupakan modal
utama bagi kesehatan individu, yang dapat mempengaruhi status kesehatan
seseorang. Seseorang yang mengkonsumsi asupan gizi yang salah atau tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh, maka akan menimbulkan masalah kesehatan. Malnutrition
(gizi salah) merupakan keadaan mengkonsumsi asupan gizi yang salah, dalam
bentuk asupan yang berlebihan ataupun kurang, sehingga dapat menimbulkan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan yang diperlukan oleh tubuh.
Masalah kesehatan anak yang sering terjadi di Indonesia akibat asupan gizi yang
kurang diantaranya adalah Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), anemia, dan Kekurangan Energi Protein (KEP) (Sulistyoningsih,
2011).
Sekitar 1,7 juta anak di bawah lima tahun
(balita) di Indonesia terancam mengalami gizi buruk yang tersebar di daerah
tertinggal seluruh Indonesia. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) tahun 2007, jumlah balita di Indonesia mencapai 17,2% dengan
laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat menjadi 2,7% per tahun. Menurut
UNICEF, Indonesia merupakan negara yang berada di peringkat kelima dunia dengan
jumlah balita yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya paling besar
sekitar 7,7 juta balita (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Salah satu masalah yang mendapatkan
perhatian oleh pemerintah yang dapat meningkatkan pencapaian keberhasilan MDGs
adalah status gizi balita. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur,
berat badan (BB), dan tinggi badan/panjang badan (TB). Variabel umur, BB, dan
TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Pada tahun 2010
terdapat 17,9% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 13,0% balita berstatus
gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Sebesar 5,8% balita dengan status
gizi lebih. Dibandingkan tahun 2007, terjadi penurunan kekurangan gizi balita
pada tahun 2010 dari 18,4% menjadi 17,9% (Profil
Kesehatan Indonesia, 2012).
Berdasarkan prevalensi menurut provinsi,
prevalensi balita kekurangan gizi terendah dicapai Sulawesi Utara (10,6%), Bali
(10,9%) dan DKI Jakarta (11,3%). Sedangkan provinsi dengan prevalensi tertinggi
terjadi di Nusa Tenggara Barat (30,5%), Nusa Tenggara Timur 29,4%) dan
Kalimantan Barat (29,2%). Target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015 untuk
indikator ini sebesar 15,5%. Indikator BB/TB dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari
peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya mengidap
penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi
kurus. Indikator
antropometri lain untuk menilai status gizi balita yaitu berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Pada tahun 2010 terdapat 13,3% balita wasting (kurus)
yang terdiri dari 7,3% balita kurus dan 6,0% sangat kurus. Dibandingkan tahun
2007, terjadi sedikit penurunan persentase balita kurus pada tahun 2010 dari
13,6% menjadi 13,3%. Standar prevalensi balita kurus pada suatu populasi
menurut WHO sebes
ar ≤5%. Hal itu berarti
masalah kekurusan di Indonesia belum memenuhi standar WHO. Provinsi dengan
prevalensi balita kurus terendah yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(7,5%), Kepulauan Riau (8,0%) dan Sumatera Barat (8,2%). Sedangkan provinsi
dengan prevalensi tertinggi terjadi di Jambi (20,0%), Bengkulu (17,8%) dan Maluku
Utara (17,7%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu
yang aktif ke posyandu dengan status gizi balitanya tidak BGM sebesar 90,16%
(110 responden), dan ibu yang aktif ke posyandu dengan status gizi balita BGM
sebesar 9,84% (12 responden), sedangkan pada ibu yang tidak aktif ke posyandu
dengan status gizi balita tidak BGM sebesar 77,08% (74 responden), dan ibu yang
tidak aktif ke posyandu dengan status gizi balita BGM sebesar 22,92% (22
responden). Berdasarkan pengolahan data melalui SPSS didapatkan bahwa p value
(0,014) < α (0,05) yang berarti Ho ditolak. Kesimpulannya adalah ada
hubungan keaktifan ibu dalam posyandu dengan penurunan jumlah balita BGM di
Desa Suko Jember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember (Penelitian Agung
Maula,2013).
Status
gizi Balita menurut jenis kelamin dan kabupaten/ kota Provinsi Jambi tahun 2012
yaitu terdapat Balita yang mengalami gizi kurang yaitu sebanyak 3860 orang atau
( 1,9%) dan Balita yang mengalami gizi buruk yaitu sebanyak 142 orang atau (
0,07%). Menurut profil kesehatan provinsi Jambi tahun 2012 terdapat Balita yang
mengalami Gizi kurang di Kabupaten Merangin yaitu sebanyak 469 orang atau
(2,27%) ( Profil Kesehatan Provinsi Jambi, 2012).
Menurut
laporan situasi gizi dinas Kesehatan Kabupaten Merangin tahun 2011 seluruh
Balita berumur 1-5 tahun yaitu jumlah Balita laki-laki sebanyak 15.629 dan
Balita Perempuan sebanyak 16.280. Status gizi kurang pada tahun 2011 yaitu
Balita laki-laki sebanyak 175 dan Balita perempuan senyak 175, dari data
tersebut Puskesmas Sungai bulian mempunyai status gizi kurang sebanyak 35
Balita. Pada tahun 2012 jumlah Balita di Kabupaten Merangin sebanyak 33753,
yang mengalami BGM yaitu sebanyak 95 Balita dan yang mempunyai gizi kurang
sebanyak 469 atau (1,09%), di Puskesmas Sungai Bulian gizi kurang sebanyak 38 atau
(4,14%). Tahun 2013 jumlah Balita yang mengalami BGM sebanyak 57 dan status
gizi kurang sebanyak 300, di Puskesmas Sungai Bulian jumlah BGM 15 atau BGM/D
4,96 dan Gizi kurang sebanyak 30 atau (4,85%) (Dinkes Merangin, 2011-2013)
Dari hasil penelitian Nani Darmiza, balita
yang berada di garis merah apabila penimbangan Berat Badan ditulis pada Kartu
Menuju Sehat, titi BB anak tidak berada di pita warna hiaju dan kuning, tetapi
dibawah garis merah, sekalipun pada penimbangan bulan lalu tidak ditimbang. Di
Desa Karang Berahi Kecamatan Pamenang masih banyak BB Balita yang BGM Yaitu
sebesar 13,57%.
Berdasarkan
survei awal didapatkan bahwa di Puskesmas Sungai Bulian jumlah seluruh Balita yaitu
sebanyak 620 orang namun yang ditimbang sebanyak 464 orang sehingga dari jumlah
tersebut masih banyak Balita yang berada di bawah garis merah yaitu sebanyak 17
orang atau ( 3,5%) (Data Register Puskesmas Tahun 2014).
Berdasarkan
latar belakang di atas maka peneliti tertarik menjadikan Desa Sungai Bulian
sebagai tempat penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap
berat badan Balita di bawah garis merah di Puskesmas Sungai Bulian Tahun 2014.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Berat Badan Balita di Bawah Garis
Merah di Puskesmas Sungai Bulian Kecamatan Tabir Timur Kabupaten Merangin Tahun
2014.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
pertanyan penelitian yang timbul adalah :
1. Bagaimana
gambaran pengetahuan ibu terhadap berat badan Balita di bawah garis merah di Puskesmas
Sungai Bulian tahun 2014.
2. Bagaimana
gambaran sikap ibu terhadap berat badan Balita di bawah garis merah di Puskesmas
Sungai Bulian tahun 2014.
3. Bagaimana
hubungan pengetahuan ibu terhadap berat badan Balita di bawah garis merah di Puskesmas
Sungai Bulian tahun 2014.
4. Bagaimana
hubungan sikap ibu terhadap berat badan Balita di bawah garis merah di Puskesmas
Sungai Bulian tahun 2014.
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap berat badan balita di
bawah garis merah (BGM) di Puskesmas Sungai Bulian tahun 2014.
2.
Tujuan
khusus
a. Diketahuinya
gambaran pengetahuan ibu terhadap berat badan Balita di bawah garis merah di
Puskesmas Sungai Bulian tahun 2014.
b. Diketahuinya
gambaran sikap ibu terhadap berat badan Balita di bawah garis merah di
Puskesmas Sungai Bulian tahun 2014.
c. Diketahuinya
hubungan pengetahuan ibu terhadap berat badan Balita di bawah garis merah di Puskesmas
Sungai Bulian tahun 2014.
d. Diketahuinya
hubungan sikap ibu terhadap berat badan Balita di bawah garis merah di Puskesmas
Sungai Bulian tahun 2014.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Bagi
Instansi Puskesmas Sungai bulian
Hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di Puskesmas Sungai Bulian.
2. Bagi
Instansi Sekoah Tinggi Ilmu Kesehatan Merangin Prodi DIII Kebidanan
Penelitian
diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan ,
khususnya mengenai berat badan balita di bawah garis merah dan sebagai bahan bacaan
untuk menambah referensi diperpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Merangin
3. Bagi
Peneliti lain
Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai acuhan untuk menerapkan ilmu dan penelitian lanjut
dengan variabel berbeda.
Oakley Titanium Sunglasses - TITIAN TINY TINY - Tioga TINY
BalasHapusOakley Titanium Sunglasses, 5 cm. The item winnerwell titanium stove you are purchasing from TITIAN TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY oakley titanium glasses TINY TINY titanium chords TINY TINY titanium flat iron TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY TINY Rating: 4.9 · revlon titanium max edition 4 votes
x366x4suikw809 wholesale jerseys from china,wholesale jerseys from china,wholesale nfl jerseys,Cheap Jerseys free shipping,wholesale jerseys from china,Cheap Jerseys free shipping,wholesale nfl jerseys from china,wholesale jerseys,cheap jerseys,Cheap Jerseys from china q204d5pjymp860
BalasHapus